Selama berabad-abad yang
lalu telah ditemukan bahwa jenis batuan tertentu memiliki sifat yang aneh yaitu
dapat menarik besi logam. Penemuan batuan tersebut (batu magnet atau magnetite)
sekitar 2500 tahun yang lalu di Eropa dan juga di wilayah Timur sebagai subjek
penelitian. Selanjutnya batu tersebut digunakan dalam navigasi, sebagaimana
diketahui bahwa sepotong batu aneh tersebut cenderung menghadap ke arah utara
dan selatan jika dibiarkan bebas bergerak (digantung dengan benang atau diapungkan
di atas air). Sebuah studi ilmiah dilakukan dalam tahun 1269 oleh Peter
Peregrinus mengungkapkan bahwa baja dapat memiliki sifat yang sama dengan
sifat-sifat batu magnet tersebut setelah digosokkan dengan salah satu kutub
dari sebatang batu magnet.
Tidak seperti muatan
listrik (sebagaimana observasi yang dilakukan ketika batu amber digosok pada
kain), objek magnet memiliki dua kutub yang saling berlawanan ditandai dengan
“utara” dan “selatan” berdasarkan arahnya terhadap kutub bumi. Berdasarkan penemuan
Peregrinus, memotong batu magnet menjadi setengah bagian tidak menghilangkan
kutub-kutubnya, karena masing-masing bagian menghasilkan sepasang kutub.
Gambar
1 Magnet setelah dipotong menjadi dua bagian
Pada magnet terdapat dua
jenis kutub yaitu utara dan selatan, pada muatan listrik ada muatan positif dan
negatif. Sebagaimana muatan listrik kutub-kutub yang senama juga akan
tolak-menolak, sedangkan kutub yang berlawanan tarik-menarik.
Filsuf dan ilmuan Rene-Descartes
mencatat bahwa medan magnet yang tidak kelihatan dapat dipetakan dengan
menempatkan sebatang magnet di bawah sepotong kain atau kayu tipis dan serbuk
besi di atasnya. Serbuk besi akan sejajar dengan arah medan magnet, memetakan
bentuknya. Hasil tersebut menunjukkan bagaimana medan magnet kontinu yang tidak
putus dari satu kutub ke kutub lainnya.
Gambar
2 Medan magnet yang kontinu
Sebagaimana beberapa
jenis medan (listrik, magnet dan gravitasi) , jumlah total atau efek medan ditunjukkan
sebagai fluks, sedangkan “dorongan” yang menyebabkan fluks yang terbentuk
disebut gaya. Michael Faraday menyebutnya “tabung” menunjukkan benang fluks
magnet dalam ruang (istilah “garis” yang sekarang umum digunakan). Pengukuran
fluks medan magnet sering didefinisikan dengan istilah jumlah garis fluks,
walaupun masih diragukan bahwa medan berada dalam bentuk tunggal, garis diskrit
dari nilai konstan.
Teori modern tentang elektromagnetisme
masih mempertahankan bahwa medan magnet dihasilkan oleh muatan listrik yang bergerak.
Dengan demikian medan magnet dari magnet permanen seperti batu magnet adalah
hasil dari elektron dalam atom besi yang berputar secara seragam dalam arah
yang sama. Oleh karena itu, hanya zat-zat dengan jenis tertentu yang akan
bereaksi terhadap medan magnet, dan bahkan lebih sedikit lagi bahan yang
memiliki kemampuan untuk mempertahankan sifat magnet permanennya.
Besi adalah salah satu
jenis zat yang mudah dijadikan magnet. Jika sepotong besi didekatkan dengan
magnet permanen, elektron pada atom dalam besi cenderung berputar seperti
putaran yang dihasilkan oleh magnet permanen, dan besi menjadi
“termagnetisasi”. Besi tersebut akan mengalami magnetisasi dengan cara
menggabungkan garis-garis fluks magnet sesuai bentuknya, yang mana menarik
magnet permanen, tidak masalah kutub magnet yang mana saja yang didekatkan ke
besi.
Gambar
3 Besi yang tidak termagnetisasi
Besi yang sebelumnya
tidak termagnetisasi menjadi termagnetisasi ketika didekatkan ke magnet
permanen. Maka kutub apapun dari magnet permanen yang dekat ke besi menjadi
kutub magnet pada ujung besi yang berjauhan dengan magnet.
Gambar
4 Besi yang telah termagnetisasi
Berdasarkan sifat-sifat
magnetik alami dari besi (Latin = “ferrum”), bahan ferromagnetik adalah bahan
yang paling mudah dijadikan magnet (mudah termagnetisasi). Seluruh bahan
mempunyai derajat magnetik yang berbeda-beda. Bahan-bahan yang bukan merupakan bahan
ferromagnetik diklasifikasikan sebagai bahan paramagnetik (memiliki sedikit
sifat magnetik) dan diamagnetik (tidak memiliki sifat magnet). Dari dua derajat
magnetik tersebut bahan diamagnetik yang paling aneh. Jika diberikan medan
magnetik luar maka bahan diamagnetik menjadi sedikit termagnetisasi pada arah
yang berlawanan, sehingga menolak medan luar.
Jika bahan ferromagnetik
cenderung mempertahankan magnetisasinya setelah medan luar dihilangkan, maka
dikatakan bahan tersebut memiliki retentivitas yang baik tentu saja ini
merupakan kualitas yang diinginkan untuk magnet permanen.
Gambar
5 Gaya tolak bahan diamagnetik setelah didekatkan ke magnet permanen
Referensi :
www.allaboutcircuits.com
Besi yang sebelumnya tidak termagnetisasi menjadi termagnetisasi ketika didekatkan ke magnet permanen.
ReplyDelete"Maka kutub apapun dari magnet permanen yang dekat ke besi menjadi kutub magnet pada ujung besi yang berjauhan
dengan magnet."
Agak membingungkan maksudnya..
Bagaimana jika diubah jadi ..
Besi yang sebelumnya tidak termagnetisasi menjadi termagnetisasi ketika didekatkan ke magnet permanen.
Maka kutub apapun dari magnet permanen yang dekat ke besi,
besi akan termagnetisasi sedemikian rupa sehingga tertarik ke arah magnet