Pendahuluan
Transformator adalah suatu alat listrik yang digunakan
untuk mentransformasikan daya atau energi listrik dari tegangan tinggi ke
tegangan rendah atau sebaliknya, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan
prinsip induksi-elektromagnet. Transformator digunakan secara luas, baik dalam
bidang tenaga listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem
tenaga memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai, dan ekonomis untuk tiap
tiap keperluan misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya
listrik jarak jauh.
Dalam
bidang tenaga
listrik pemakaian transformator dikelompokkan menjadi:
1.
Transformator daya.
2.
Transformator distribusi.
3.
Transformator pengukuran (transformator arus dan transformator tegangan).
Kerja
transformator yang berdasarkan induksi-elektromagnet, menghendaki adanya
gandengan magnet antara rangkaian primer
dan sekunder. Gandengan magnet ini
berupa inti besi tempat melakukan fluks bersama.
Berdasarkan cara melilitkan kumparan pada inti,
dikenal dua macam transformator, yaitu tipe
inti dan tipe cangkang.
Gambar 1 Tipe kumparan
transformator
Keadaan Transformator Tanpa
Beban
Gambar 2 Transformator Tanpa Beban
Bila
kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber tegangan V1
yang sinusoid, akan mengalirkan arus primer Io yang juga sinusoid dan dengan menganggap belitan N1 reaktif murni, Io akan tertingagal 900 dari V1 (gambar 2). Arus primer Io menimbulkan fluks (Φ) yang sefasa juga
berbentuk sinusoid.
Φ = Φmaks sin ωt
Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi e1 ( Hukum Faraday )
e 1 =
- N 1 . d Φ/dt
e1 = - N1. d(Φmaks sin ωt)/dt = -N1.ω.Фmaks.cosωt (tertinggal 90º dari Ф)
harga efektifnya adalah E1 = N1.2 p ƒФmaks / Ö2 = 4.44 n1. ƒФmaks
Pada rangkaian skunder, fluks (Ф) bersama tadi
menimbulkan
e1 = - N2.
d Φ/dt
e1 = - N2.
ω.Фmaks.cosωt
E2 = 4.44 N2. ƒФmaks
E1/E2
= N1/N2
Dengan mengabaikan rugi tahanan dan adanya fluks
bocor,
E1 / E2 = V1
/ V2 = N1 / N2 = a.
a = perbandingan
transformasi
Dalam hal ini tegangan induksi E1 mempunyai
kebesaran yang sama tetapi berlawanan arah dengan tegangan sumber V1.
Arus
Penguat
Arus primer Io yang mengalir pada saat kumparan sekunder tidak
dibebani disebut arus penguat. Dalam
kenyataannya arus primer Io bukanlah
merupakan arus induktif murni, sehingga ia terdiri atas dua komponen ( Gambar 3
)
(1) Komponen arus pemagnetan IM, yang menghasilkan
fluks (Φ). Karena sifat besi yang non linear (ingat kurva B-H)
, maka arus pemagnetan IM dan juga fluks (Ф)
dalam kenyataannya tidak berbentuk sinusoid (Gambar 4).
(2) Komponen arus rugi tembaga Ic, menyatakan daya
yang hilang akibat adanya rugi histerisis dan arus ‘eddy’. Ic
sefasa dengan V1, dengan demikian hasil perkalian (Ic x V1) merupakan daya (watt) yang hilang.
Gambar
3 Arus penguat
Gambar 4 Pemagnetan
Keadaan Berbeban
Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban Z1,
I2 mengalir pada kumparan sekunder dimana I2 = V2/ZL dengan q2 =
faktor kerja beban.
Gambar
5 Transformator dalam keadaan berbeban
Arus
beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2I2
yang cenderung menentang fluks (Ф) bersama yang telah ada akibat arus
pemagnetan IM. Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada
kumparan primer harus mengalir arus I’2, yang menentang fluks yang
dibangkitkan oleh arus beban I2, hingga keseluruhan arus yang
mengalir pada kumparan primer menjadi :
I1 = Io
+ I’2
Bila rugi besi diabaikan
( Ic diabaikan ) maka Io = IM
I1
= IM + I’2
Untuk
menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan oleh arus
pemagnetan IM saja, berlaku hubungan :
N1 IM = N1 I1
– N2 I2
N1
IM = N1 ( I1 – I’2) - N2
I2
Hingga N1
I’2 = N2 I2
Karena nilai IM dianggap kecil maka :
I1
= I’2
Jadi à N1/I1=N2/I2
atau I1/I2=N2/I1
Rangkaian
Pengganti
Dalam pembahasan terdahulu kita mengabaikan adanya tahanan dan fluks bocor,
Analisa selanjutnya akan memperhitungkan kedua hal tersebut. Tidak seluruh
fluks (Ф) yang dihasilkan
Oleh arus permagnetan
IM merupakan Fluks bersama (ФM), sebagian darinya
hanya mencakup kumparan primer (Φ1) atau kumparan sekunder saja (Φ2). Dalam model rangkaian (rankaian ekivalen) yang
dipakai untuk menganalisis kerja suatu transformator, adanya fluks bocor . Ф1
dan Ф2 ditunjukkan sebagai reaktansi X1 dan X2.
Sedang rugi tahanan ditunjukan dengan R1 dan R2. Dengan demikian ‘model’ rangkaian dapat dituliskan
seperti pada gambar 6.
Gambar
6 Rangakaian pengganti transformator
Dalam rangkaian diatas dapat dibuat vektor
diagramnya sebagai terlukis pada gambar 7.
Gambar 7 Vektor diagram rangkaian pengganti
Dari model rankaian diatas dapat pula diketahui
hubungan penjumlahan vektor :
V1
= E1 + I1R1 + I1X1
E2 = V2 = I2R2
+ I2X2
E1
/ E2 = N1 / N2 = a atau E1 = a E2
E1
= a ( I2ZL + I2R2 + I2X2)
Karena I’2 / I2 = N2
/ N1 = a atau I2
= aI’2
Maka E1 = a2 ( I’2ZL
+ I’2R2 + I’2X2)
Dan
V1 = E1 = a2 ( I2ZL
+ I2R2 + I2X2) + I1(R1
+ X1 )
Persamaan terakhir mengandung pengertian bahwa apabila
parameter rangkaian sekunder dinyatakan dalam harga primer, harganya perlu
dikalikan dengan faktor a2 .
Sekarang model rangkaian menjadi sebagi terlihat pada
gambar 8.
Gambar 8 Rangkaian
pengganti dilihat dari isi primer
Untuk memudahkan
analisis (perhitungan), model rangkaian tersebut dapat diubah menjadi
seperti dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 9 Rangkaian
pengganti dilihat dari sisi primer
Vektor diagram rangkaian diatas untuk beban dengan faktor
kerja terbelakang (induktif) dapat dilukiskan pada gambar 10.
Gambar 10 Vektor diagram rangkaian pengganti
yerima kasih atas materi nya, kalo boleh minta judul buku cetak sumbernya doooong.
ReplyDeletemakasih
yerima kasih atas materi nya, kalo boleh minta judul buku cetak sumbernya doooong.
ReplyDeletemakasih
mau nanya Sumber Gambar 1 Tipe kumparan transformator itu siapa ??
ReplyDeleteZuhal
ReplyDeleteDasar tenaga listrik
Penerbit ITB bandung 1991